Senin, 04 Januari 2016

Untuk Kita Calon Guru :D



Mahasiswa Pendidikan Gerbang Moral Anak Bangsa
Oleh:
Rima Wulan Safitri


            Pendidikan merupakan cikal bakal kemajuan suatu negara, dalam The International  Comission for Education Develement (Unesco, 1972) untuk membangun dan berusaha memperbaiki keadaan sebuah bangsa harus dimulai dengan pendidikan sebab pendidikan adalah kunci, tanpa kunci segala usaha adalah sia-sia. Tujuan inti dari suatu pendidikan adalah mengadakan perubahan dalam diri individu (peserta didik) dalam aspek skill, kebiasaan, sikap dan pengetahuan menjadi lebih baik. Namun faktanya,  tujuan pendidikan yang seluhur itu tidak  sejalan dengan implementasi dan realita yang terjadi. Pendidikan hanya mementingkan aspek pengetahuan, banyak peserta didik bahkan masyarakat mendewakan nilai. Sehingga mereka terbiasa menghalalkan segala cara untuk mendapat nilai terbaik. Sepertinya kejujuran dan kerja keras dalam berproses tidak ada harganya, nilai  bagaikan harga mati penentu kesuksesan seseorang.
            Hasil akhir yang didapat, Indonesia memang menang dalam teori tapi soal skill dan sikap Indonesia start di nol. Banyak sekali terjadi berbagai tindakan yang tidak mencerminkan moral siswa yang baik, seperti seks bebas, narkoba, begal dan kekerasan lainnya. Ini akibat pendidikan hanya fokus pada akademik dan mengabaikan pembentukan karakter siswa. Jika pembiasaan sikap ini berlanjut,  wajar Indonesia masih menepati posisi bawah untuk negara terbersih dari korupsi. Lalu bagaimana negara ini bisa berkembang menuju kemajuan jika output yang dihasilkan merupakan produk gagal pendidikan?

Peran Mahasiswa Pendidikan
            Sebagai mahasiswa pendidikan (calon guru masa depan) harus mempunyai mindset bahwa sikap dan skill merupakan kompetensi yang penting untuk dikembangkan, konsep pembelajaran tidak hanya pada toeri. Mahasiswa pendidikan sebagai agen perubahan dan pendobrak sistem pendidikan harus sadar akan tugas dan perannya terhadap outputnya nanti. Karena pada dasarnya guru tidak hanya dituntut untuk mencerdaskan anak bangsa tapi juga dituntut untuk membentuk kepribadian anak bangsa yang selaras dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dan agama guna mempersiapkan calon pemimpin bangsa pada semua aspek bidang kehidupan. Jadi sebagai calon guru tidak hanya teori pengetahuan yang dikuasai tapi juga harus menguasai strategi pendidikan karakter sebagai pondasi untuk mengimplementasikan program pendidikan kepada peserta didik.
            Berdasarkan kondisi tersebut,  akan jauh lebih baik jika mahasiswa pendidikan mampu menguasi tujuh kualitas pendidikan karakter yang dikemukakan oleh Ruswort Kidder dalam How Good People Make tough Choices (1995) yaitu Seven E’s (Empowered, Effective, Extended in to the community, embedded, Engaged, Epistemological and Evaluative). Empowered, guru harus mampu memberdayakan dirinya untuk mengajarkan pendidikan karakter dengan dimulai dari dirinya sendiri. Sebagai generasi penentu keberhasilan pendidikan, mahasiswa sudah harus menanamkan dan mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik sehingga perilaku-perilaku yang muncul benar-benar sebuah karakter bukan topeng untuk mencari udang di balik batu. Apabila guru telah memiliki good character maka semboyan “Ing Ngarso Sung Tulodho” benar-benar pantas disandangkan kepadanya. Karena dalam mengajarkan sikap harus lebih menekankan pada aspek memberikan teladan bukan pada penjabaran teori. Dengan model teladan yang dipancarkan guru, akan mendorong siswa untuk mempercayai bahkan mengikuti kebenaran perilaku yang mereka dengar dan lihat.
            Effective sangat berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Agar tujuan pembelajaran yang dilakukan guru mencapai hasil maksimal maka pembelajaran yang dilakukan harus seefektif mungkin. Mengajar siswa juga berarti memberi pengetahuan tentang bagaimana siswa mengajar diri mereka sendiri. Dengan begitu tidak ada lagi pelajaran yang lebih bermakna daripada kesadaran akan bagaimana seseorang belajar secara efektif. Keberhasilan  dalam mengefektifkan pembelajaran baik bagi guru maupun siswa merupakan gambaran keberhasilan menanamkan perilaku menghargai waktu, rajin dan disiplin. Diharapkan dengan kualitas effective ini mampu menjadi bekal bagi mahasiswa pendidikan dalam mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan dalam proses pembelajaran di sekolah dengan perencanaan-perencanaan yang matang.
            Ektended into community yaitu adanya komunitas baik keluarga maupun masyarakat untuk membantu  dan mendukung sekolah dalam menanamkan nilai-nilai. Karena sekolah saja tidak cukup untuk membentuk nilai-nilai dalam diri individu tapi keluarga dan masyarakat sangat berarti dan berpengaruh. Keluarga dan masyarakat memiliki peran untuk memberi penguatan dan pengulangan terhadap nilai-nilai yang telah ditanamkan guru di sekolah. Sebagai mahasiswa pendidikan, maka sangat perlu belajar berinteraksi dan bersosialisasi dengan banyak orang, guna menyiapkan diri berbaur dengan keluarga peserta didik maupun masyarakat. Dengan terjalinnya relasi yang baik antara guru, keluarga dan masyarakat maka perkembangan setiap siswa akan lebih mudah untuk dipantau.
            Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Embedded dimaksudkan untuk mengintegrasikan nilai-nilai ke dalam kurikulum dan seluruh rangkaian proses pembelajaran. Selama ini kurikulum hanya cenderung sebagai bahan percobaan tanpa ada evaluasi yang jelas dari kurikulum sebelumnya, ganti menteri identik dengan ganti kurikulum. Sebenarnya kurikulum apapun memuat aspek afektif tinggal bagaimana pelaku utama  program pendidikan yaitu guru mengimplementasikannya ke dalam pembelajaran. Sehingga pembaharuan kurikulum juga harus diimbangi dengan pembaharuan kualitas guru. Karena sehebat apapun subtansi yang ada pada kurikulum tidak dapat tersampaikan jika guru hanya bermodal standar  bukan mengembangkan potensi yang sudah ada. Pemerintah sebagai pemegang sentral kebijakan pendidikan juga harus melibatkan mahasiswa dan guru dalam pembaharuan-pembaharuan kurikulum, dengan demikian tidak akan terjadi kedangkalan pengetahuan dalam mengimplementasikan program pendidikan di sekolah.
            Kualitas kelima yaitu engaged, melibatkan komunitas dan menampilkan topik-topik yang cukup esensial. Selama ini kebanyakan guru memiliki argumentasi yang kokoh bahwa yang terpenting dalam proses pengajaran adalah bagaimana cara ia mengajar bukan bagaimana siswa belajar. Sehingga pembelajaran hanya terfokus pada guru, mindset ini yang perlu diperbaiki oleh mahasiswa pendidikan. Karena antara bagaimana guru mengajar dan bagaimana siswa belajar merupakan hal yang sama pentingnya. Sehingga dalam pembelajaran guru juga harus melibatkan anak dan jauh lebih baik jika guru memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Pengalaman langsung bisa didapat dengan melibatkan komunitas sebagai model dalam pembelajaran. Dengan menampilkan obyek secara nyata memungkinkan siswa mengetahui hubungan sebab akibat  dan mampu menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam fakta yang sedang terjadi. “Pelajari pengalaman yang dilakukan orang lain selagi kau mampu mempelajari, karena kau tidak cukup waktu mempelajari pengalamanmu sendiri.” (Albert Sheinwold)
            Epistemological merupakan koherensi antara cara berpikir makna etik dengan upaya yang dilakukan untuk membantu siswa menerapkannya secara benar.  Seperti yang kita ketahui bahwa setiap  individu memiliki tahap-tahap dalam perkembangan pola pikir yaitu sensorimotorik, praoperasional, operasional kongkrit dan operasional formal (Teori Piaget). Sekolah yang selama ini cenderung memberi perlakuan yang sama kepada setiap siswa  seharusnya  perlu memperhatikan perkembangan pola pikir individu dalam memilih metode-metode pembelajaran. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya miss konsepsi ataupun pembelajaran yang terlalu mendalam bagi siswa. Jika hal ini diterapkan dalam pembelajaran maka akan terjadi koherensi antara cara berpikir siswa dan upaya yang dilakukan guru sehingga mampu membantu siswa untuk menerapkan nilai-nilai secara benar.
            Dan yang terakhir adalah evaluative atau penilaian. Jika dalam penilaian kognitif nilai di atas rata-rata  dianggap menjadi penentu keberhasilan siswa dalam belajar tapi tidak dengan penilaian karakter. Menurut Kidder yang harus diwujudkan dalam penilaian karakter meliputi kesadaran etik, kepercayaan diri untuk membuat keputusan, kapasitas menampilkan kepercayaan diri secara praktis, kapasitas menggunakan pengalaman praktis dalam komunitas, dan kapasitas untuk menjadi agen perubahan. Jika siswa belum mampu menunjukkan nilai-nilai karakter yang diharapkan maka ini merupakan tugas guru untuk terus memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
            Berdasarkan pemaparan di atas tugas guru memang sangat berat. Sehingga sabagai mahasiswa pendidikan mau atau tidak mau, ingin ataupun tidak ingin, harus benar-benar sadar terhadap outputnya kelak. Sebenarnya banyak sekali teori tentang strategi pembentukan karakter tapi setidaknya tujuh kualitas yang disampaikan oleh Ruswort Kidder dapat mewakili teori lainnya. Jangan biarkan wacana-wacana tersebut hanya menjadi pengetahuan tanpa realisasi. Guru adalah pilihan bukan paksaan. Keluarga, masyarakat maupun pemerintah juga harus berkontribusi menanamkan pembiasaan maupun keteladaan bagi siswa. Jika semua bersatu tujuan akan lebih mudah untuk dicapai.
KESIMPULAN
            Untuk menghasilkan output pendidikan yang berkwalitas merupakan tugas terpenting dari guru. Maka tidak hanya pengetahuan kognitif saja yang harus dikuasi oleh mahasiswa-mahasiswa pendidikan tapi juga harus menguasai strategi pembentukan karakter. Tujuh kualitas pendidikan karakter yang perlu dimiliki oleh mahasiswa pendidikan berdasarkan pendapat Ruswort Kidder dalam How Good People Make tough Choices (1995) yaitu empowered, effective, extended in to the community, embedded, engaged, epistemological and evaluative. Empowered, pendidik harus mampu memperdayakan dirinya untuk mengajarkan pendidikan karakter dengan dimulai dari dirinya sendiri. Effctive, proses pembelajaran harus dilaksanakan secara efektif. Extended into community, komunitas harus membantu dan mendukung sekolah dalam menanamkan nilai-nilai. Embedded, integrasikan seluruh nilai ke dalam kurikulum dan seluruh rangkaian proses pembelajaran. Engaged, melibatkan komunitas dan menampilkan topik-topik yang cukup esensial. Epistemological, harus ada koherensi antara berpikir makna etik dengan upaya yang dilakukan untuk membantu siswa menerapkan nilai secara benar. Dan evaluative, penilaian yang meliputi kesadaran etik, kepercayaan diri untuk membuat keputusan, kapasitas menampilkan kepercayaan diri secara praktis, kapasitas menggunakan pengalaman praktis dalam komunitas, dan kapasitas untuk menjadi agen perubahan.
            Mahasiswa pendidikan sebagai agen perubahan sistem pendidikan harus melakukan yang terbaik bagi Ibu Pertiwi. Perubahan mulai saat ini, dimulai dari diri sendiri dan lakukan yang bisa dilakukan untuk saat ini!
Daftar Pustaka
Linda & Richard Eyre. 1995. Mengajar Nilai-Nilai Kepada Anak. Jakarta: Gramedia.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 
Yani, Ahmad. 2014. Mindset Kurikulum 2013. Bandung: Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar